Ada perbedaan mendasar antara memimpin (to lead) dan mengelola (to manage).
Memimpin bersangkut-paut dengan upaya mempengaruhi orang untuk bekerja
mencapai tujuan yang ditetapkan dengan penuh gairah. Mengelola berkaitan
dengan upaya agar segala yang harus dikerjakan benar-benar dikerjakan
oleh orang lain sehingga tujuan organiasi tercapai.
Dalam konteks sekolah, seorang kepala sekolah adalah pemimpin
sekaligus manajer bagi guru dan karyawan yang berada di sekolah. Sebagai
pemimpin, kepala sekolah memotivasi, menginspirasi, mengarahkan,
mendorong dan mengajak agar warga sekolah (terutama guru dan karyawan di
sekolah) bekerja menjalankan tugasnya demi mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan penuh gairah dan bertanggung jawab. Dalam konteks ini,
kepala sekolah bertanggung jawab atas kesejahteraan warga sekolah,
suasana saling menghormati, iklim kerja sekolah, profesionalisme, dan
hal-hal yang terkait dengan pengembangan diri guru dan karyawan,
sehingga mereka menjadi lebih baik, lebih profesional, lebih
bermartabat, lebih sejahtera, dan tetap terlindungi.
Sebagai manajer,
kepala sekolah mengelola sekolah secara keseluruhan, mulai dari menyusun
rencana termasuk membuat peraturan demi kelancaran dan kemajuan sekolah
sesuai tujuan yang telah ditetapkan, melakukan organisasi terhadap
sumber daya yang ada termasuk mengatur pembagian tugas–siapa melakukan
apa, memastikan bahwa program yang sudah dibuat benar-benar dilaksanakan
oleh warga sekolah, dan mengawasi pelaksanaan tugas dari masing-masing
bagian yang sudah mendapatkan tugas. Dalam konteks manajemen, keempat
hal tersebut disingkat POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling).
Idealnya, kepala sekolah dapat bertindak sebagai pemimpin sekaligus
sebagai manajer–kapan pun. Tugas kepala sekolah sebagai pemimpin terkait
erat dengan keterwakilan kebutuhan guru; sementara sebagai manajer,
tugas kepala sekolah terkait dengan tercapainya tujuan sekolah. Jadi,
kepala sekolah dapat memenuhi kebutuhan guru dan guru melaksanakan
tugasnya dengan baik sehingga tujuan sekolah tercapai.
Namun mencapai dua hal berbeda dalam situasi bersamaan tidaklah
mudah, mengingat kepentingan masing-masing pihak berbeda. yang
berbeda-beda di antara guru dan kepala sekolah.
Kepala sekolah yang berhasil mewakili kebutuhan guru (pemimpin)
sering gagal mencapai tujuan sekolah karena kebutuhan guru bertentangan
dengan kebutuhan sekolah. Jadi, dalam konteks ini, kepala sekolah gagal
sebagai manajer. Sebaliknya, jika kepala sekolah berhasil membuat guru
melaksanakan tugas organisasional namun guru melakukannya dengan
terpaksa dan tanpa gairah, maka dalam hal ini kepala sekolah berhasil
sebagai manajer tetapi gagal sebagai pemimpin bagi para guru.
Bagaimana menyikapinya? Kepala sekolah yang kadangkala kehilangan
persetujuan guru agar dapat mencapai tujuan organisasi (sekolah) tidak
perlu khawatir; ada saatnya di mana kepentingan organisasi harus
didahulukan di atas keinginan individu. Dalam konteks nasionalisme,
kepentingan bangsa dan negara harus didahulukan di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Demikian juga dalam konteks organisasi sekolah,
maka kepentingan sekolah (yang mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan
orang banyak) harus didahulukan di atas kepentingan pribadi guru.
Sumber: gurusukses.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar Anda. Untuk informasi, silahkan hubungi Admin blog di HP/WA 085200180842 (Dzakiron)